Dia Pantas Bahagia
Pertanyaan-pertanyaan melambung tinggi di pagi menuju petang ini, matahari tidak menunjukan keberadaannya, gelap dan dingin di Kamis bulan Desember ini. Hujan sudah seharian mengguyur deras, tak terhitung literan air yang membumi semalam. Semoga tidak banjir ya di sana, semoga juga kamu baik-baik saja.
Ada banyak hal yang tak dapat kujawab, mungkin saking peliknya hidupku dulu, jadi tenang adalah awal untuk sebuah kekhawatiran besar. Seperti bebek berenang, terlihat damai dan tentram dipermukaan, padahal di dasar kakinya mengayuh keras, berusaha bertahan agar tidak tenggelam.
Ketika ada banyak hal yang pergi dari hidupku, aku tidak mati-matian mempertahankannya, kubiarkan berlalu, dan sugesti-sugesti bahagia segera memerangi hati yang (mulai) bersedih. People come and go, dinamika namanya. Orang harus terus berdinamika, agar dirinya terupgrade, agar dia bisa menemukan 'siapa dirinya'. Jadi wajar, kalau teman lama sudah tak seakrab dulu atau jika sudah ada yang baru, karena ya akupun begitu.
Atau keadaan penuh ratap, hanya bisa memandangi "kebahagiaan" orang dari layar HP, padahal dulu ya saya bagian dari kebahagiaannya juga, tapi sekarang tidak lagi. Sebab alih-alih menangis aku lebih memilih untuk mengikhlaskan apa yang sudah terjadi. Memilih untuk menjalani seutuhnya hidupku, karena aku tetaplah diriku betapapun jumlah jiwa yang hadir untuk menemani kemudian pergi meninggalkan aku sendiri.
Sudah sejatinya orang bahagia,
Kalau seandainya orang yang kamu sayangi lebih bahagia tanpamu, baiknya dilepaskan.
Komentar
Posting Komentar